Memilih sistem kamera kalau ditinjau dari ukuran sensornya bisa dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok kamera dengan sensor APS-C dan full frame.
Dulunya sistem full frame adalah sistem yang dipakai oleh fotografer pro, lalu untuk kebutuhan hobi dan profesi (semi pro) tersedia pilihan sistem APS-C, Awalnya baik sistem full frame maupun sistem APS-C keduanya dikemas dalam format kamera DSLR, dan tersedia baik untuk merk Canon dan Nikon.
Saat kamera mirrorless sudah semakin populer seperti sekarang, tercatat hanya Sony yang menyediakan dua sistem pada lini Alpha mereka, yaitu A7 series untuk full frame dan A6000 ke bawah untuk APS-C (walau Sony juga masih menyediakan 2 sistem untuk format SLT A-mount juga). Sedangkan Fuji, Canon dan Samsung tampak sudah nyaman dengan format mirrorless APS-C, dan di kelompok lain juga ada merk yang tetap konsisten di format lebih kecil seperti Micro 4/3 atau sistem 1 inci.
Pertanyaan yang kerap dirasakan oleh mereka yang akan mulai terjun di bidang fotografi, atau mereka yang akan ganti sistem adalah, sistem APS-C atau sistem full frame yang akan dipilih?
Pilihan ini bukan sekedar berapa harga kameranya, atau sistem mana yang hasil fotonya lebih bagus. Pilihan tentu perlu mempertimbangkan banyak hal, misal dukungan (dan harga) lensa, juga kita perlu bisa memprediksi arah jangka panjang dari produsen kamera yang kita minati. Serumit itu kah? Ya begitulah kira-kira..
Kita ambil contoh Nikon. Produsen kamera yang satu ini sudah membagi segmentasi DSLR full frame (FX) mereka dengan lengkap, yaitu D610, Df, D750, D810 dan D4s. Sedangkan di lini APS-C (DX), walau ada duo pemula (D3300-D5500) dan DX semi-pro (D7200) tapi tidak se-variatif lini FX. Selain itu juga produksi lensa DX tipe baru semakin jarang terdengar, Nikon terlihat lebih sering membuat lensa FX (memang lensa FX bisa dipasang di bodi DX tapi kan lensa DX juga punya kelebihan dalam hal ukuran yang kecil dan harga yang terjangkau).
Dari hal ini wajar kalau banyak pihak menyimpulkan Nikon seperti lebih mementingkan sistem FX mereka. Tapi apa benar begitu tentu pihak Nikon yang lebih tahu, kita hanya menebak-nebak saja.
Sistem DSLR Canon tampak lebih seimbang, baik lini APS-C dan full frame segmentasinya sama-sama lengkap. Sedikit catatan saja bahwa lensa-lensa Canon EF-S (yang dirancang untuk sistem APS-C) tidak bisa dipasang di bodi Canon full frame. Dan agak mirip dengan Nikon, belakangan ini jarang terdengar ada kabar Canon memproduksi lensa EF-S baru, kecuali hanya menyegarkan lini yang sudah ada dengan teknologi STM.
Beralih ke mirrorless, kita tinjau merk Sony ternyata juga tampak ada kemiripan segmentasi dengan Nikon, sistem full-frame mereka mulai beragam dan produk seperti A7 generasi pertama harganya semakin terjangkau. Pilihan lensa FE juga mulai bertambah banyak, walau harus diakui lensa-lensa FE memang umumnya dijual tidak murah. Bayangkan bila harga A7 terus turun sampai berbeda sedikit atau nyaris sama dengan kamera APS-C maka kompetisi ini akan semakin menarik.
Bagi anda yang pakai sistem Sony Aplha mirrorless APS-C (misal A6000 atau A5000), bila berencana ganti ke Sony Alpha mirrorless full frame maka mulailah membeli lensa FE (bukan E). Walau lensa FE dan lensa E keduanya sama-sama E-mount, tapi lensa E hanya dirancang untuk pas di APS-C dan akan terkena crop bila dipasang di full frame.
Okelah, setiap produsen punya hak untuk merencanakan strategi produk mereka ke depan, kita tinggal mengikuti saja trennya. Saya amati sistem yang dibangun oleh Fuji X, Canon EOS M dan Samsung NX memang tidak (belum?) mengarah ke sistem full frame. Jadi bila kita dalam jangka panjang tidak (belum) ada rencana pakai sistem full frame, maka investasi di ketiga merk APS-C yang saya sebut barusan tidak ada masalah.
Fuji punya beragam produk dan lensa berkualitas dengan sistem APS-C, Samsung juga membuat terobosan dengan NX-1 yang dalam fiturnya banyak mengalahkan kamera DSLR APS-C. Samsung tinggal menambah beberapa lensa premium (khususnya lensa fix) dalam lini NX mereka.
———————————————-
———————————————-
Kesimpulan :
Artikel singkat ini hanya ingin mengenalkan pilihan sistem untuk setiap tipe dan merk. Intinya untuk DSLR memilih APS-C atau full frame pada dasarnya bebas saja, baik di kubu Canon maupun Nikon, karena pilihan bodi yang ada sudah lengkap, tinggal lensanya saja menyesuaikan. Di kubu mirrorless bagi yang menginginkan sistem full frame bisa melirik Sony, bagi yang ingin mirrorless APS-C bisa memilih Sony, Fuji, Samsung atau Canon.
Oya, bagi pembaca yang masih bingung apa bedanya APS-C dan full frame, pada dasarnya keduanya hanya beda di dimensi fisik ukurannya. Sensor full frame berukuran lebih besar dari APS-C, sehingga perlu lensa yang diameternya juga lebih besar. Untung rugi dari kedua sistem dapat saya simpulkan sebagai berikut :